HUKUM KITA DI TITIK NADIR: POTRET BURAM PENEGAKKAN HUKUM DI NEGERI KITA

HUKUM KITA DI TITIK NADIR: POTRET BURAM PENEGAKKAN HUKUM DI NEGERI KITA

Pasca diputarnya rekaman hasil sadapan KPK makin menguatkan keyakinan kita akan adanya mafia hukum di negeri ini. Dan mereka yang tersadap (ataupun tidak, tapi terlibat dalam kubangan ini) masih bisa tertawa-tawa, mengelak, membela diri, bahkan berani melawan balik. Kenapa mereka bisa lakukan itu? Ada beberapa hal mengapa mereka bisa:


1. Karena mereka tidak lagi berbicara dengan nurani mereka.

2. Mereka merasa bahwa kekuasaan bisa mengalahkan segalanya, (media masa bahkan rakyat sekalipun. Kalau Tuhan ada wujudnya, mungkin mereka pun akan menantang Tuhannya)

3. Mereka biasa melakukan itu dan nampanya sudah sistemik.

4. Mereka hanya memikirkan perut mereka masing-masing dan hanya berfikir bagaimana mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya melalui kekuasaan atau jabatannya.

5. Mereka tidak lagi memiliki penghargaan terhadap insitusi dan seragam mereka, sehingga mereka berani melacurkan seragam dan jabatannya. Mereka berbicara tentang keadilan dan penegakkan hukum, mereka bicara juga tentan citra lembaga yan patut dihormati, namun kubangan dan kotoran itu dibuat sendiri oleh aparatnya. Tidak ada kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Maka kata yang pas utnuk itu adalah munafik. Munafik jelas lebih berbahaya daripada kekafiran.

6. Mereka mungkin tidak percaya lagi akan adaya hari pembalasan, surga dan neraka.

7. Mereka telah menjadikan kekayaan dan kekuasaan sebagai panglima bahkan ‘Tuhan’ nya.



Rekan-rekan milister, sebaiknya kitapun hati-hati terhadap para pengacara kotor yang selalu berbicara atas nama hukum dengan tidak mengindahkan common sense dan logika masyarakat pasca diputarnya rekaman tersebut. Mungkin kita harus menjadi abnormal dulu baru bisa match dengan cara berfikir para pengacara kotor tersebut. Saya menduga, ada skenario berikutnya yang sedang dibuat oleh sang cukong Anggodo (Al-capone ala Indonesia) dibantu oleh pihak pihak pemangku jabatan/kekuasaan yang terlibat didalamya demi melindungi kepentingannya. Ia akan dilepaskan dan dibiarkan lari atau pura-pura sakit permanen, sehingga rantai pembongkaran kasus akan terputus. Mungkin juga akan dibuat isu lain untuk mengalihkan perhatian publik.. Media perlu mencermati ini tentunya. Mengapa begitu? Karena ia adalah sang sutradara sekaligus aktor dalam drama yang sanat tidak mendidik.

Saya ingin mengingatkanPersoalan ini bukanlah soal sekedar penahanan Bibit dan Candra atau soal sekedar mengapa KPK menyadap orang yang dianggap tidak berkasus, namun lebih besr dari itu. Mari kita berfikir logis, ALLAH SWT melalui MK telah membuka aib para pejabat / pemangku kekuasaan dalam menjalankan roda pemerinahan negeri ini, tentunya agar pimpinan yang lebih tinggi bias mengambil tindakan untuk segera mereformasi total apar para penegak hukum kita dan membenahi model perekrutan para pejabat penegak hukum. Kalau saja sadapan ini tdk dibuka, maka kekotoran, kenistaan, kemunafikkan dan kebohongan para oknum pejbat ini akan terus berlangsung. Dan kalau dengan dibukanya sadapan ini, pemerintah atau siapapun yang dipercaya untuk menyelesikan ini, berkonspirasi demi mengamankan individu-individu tertentu, saya yakin cepat atau lambat neeri ini akan hancur dimana rakyat tidak akan lagi mempercayai institusi penegak huku (POLRI dan Kejagung) dan rakyat akan menentukan keadilannya sendiri. Pertanyaannya, relakah kita jika negeri ini dipenuhi para pejabat /petinggi (utamanya yang memangku kekuasaan penegakkan hukum) bermental kotor ini?

Dari sisi pendidikan, jelas sekali terjadinya persekongkolan kotor yang melibatkan banyak pihak ini menajdi contoh yang sangat tidak mendidik. Guru harus bisa menjelaskan ini kepada siswa yang memang kritis terhadap hal-hal yang bersifat kebangasaan dari sisi sosial dan agama. Atau guru tidak mau tahu dan apatis? Semoga saja tidak, Bagaimanapun negeri ini diwariskan oleh para pahlawan untuk dijaga, bukan untuk diacak-acak oleh para ‘piaraan’ cukong tersebut.

Semoga Allah tidak kembali menurunkan azabnya karena kealpaan dan ketidaksensitifan pemerintah atau para pemangku kekuasaan yang diamanahi rakyat untuk menjaga rasa keadlian yang tidak bisa dinilai dengan harta apapun.
Share on Google Plus

About sukasmo

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 Comments:

Posting Komentar